Bapak Presiden, salam kenal saya Julita
hasanah. Mahasiswa biasa yang sejauh ini belum banyak berkorban untuk negeri
ini. Bapak Presiden yang sangat saya hormati, bapak jangan salah paham meskipun
saya seorang mahasiswa, saya menulis bukan untuk melakukan “aksi demonstrasi”
kepada Bapak. Surat ini hanya sekedar permohonan maaf atas banyak kekeliruan
yang saya lakukan. Maaf kalau hampir seluruh waktu saya banyak dihabiskan untuk
mengkritik kebijakan Bapak, mencari celah kekurangan, dan menilai dengan sangat
cepat atas keputusan-keputusan yang tentu sudah Bapak pertimbangkan
matang-matang.
Bapak
Presiden sekarang saya sadar Bapak begitu berarti. Saat hampir seluruh
Indonesia kehujanan dan kami memilih diam di rumah, Bapak justru turun ke
lapang melawan hujan dan memantau kondisi banjir. Saat terik panas siang hari,
mungkin kami sedang nyenyak tidur siang. Bapak justru sibuk memantau kondisi
kebakaran hutan melalui Helikopter. Jam satu dini hari, saat hampir 50%
penduduk Indonesia nyenyak dalam mimpinya mungkin Bapak masih dalam ruangan
Istana Presiden rapat dengan beberapa jajaran menteri membahas pangan untuk
beras yang akan kami makan esok paginya.
Bapak
Presiden maaf kami sering mengkambinghitamkan Bapak. Ketika Banjir yang pertama
kami salahkan tentu Bapak Presiden. Padahal bukan Bapak yang membuang sampah
dan memenuhi sungai. Bukan Bapak yang menebang hutan dan membakar hutan tapi
Bapak pula yang kami caci-maki ketika terjadi kebakaran dan tanah longsor.
KEPPRES yang Bapak buat dengan penuh pertimbangan kami jatuhkan dengan berbagai
kritikan di dunia maya. Padahal waktu yang seharusnya untuk keluarga justru
Bapak habiskan di ruang sidang.
Bapak
Presiden entah saya tak tahu hati dan
pikiran Bapak terbuat dari apa, setiap detiknya mungkin banyak yang
menginginkan kemunduran Bapak dari posisi Bapak, banyak juga mungkin yang
menunggu “kematian” Bapak. Namun, tiap detik itu pula Bapak berkorban untuk
Negeri, melawan berbagi suap dari beberapa kalangan, menghindari berbagai pihak-pihak
yang di depan mata mendukung namun menikam dari belakang, dan memimpin berbagai
pergerakan untuk negeri ini.
Bahkan
saya tidak tahu apa yang sedang Bapak hadapi saat saya sedang asyik menulis
surat ini, semoga Bapak bertahan memimpin Negeri ini hingga 2019 dan semoga Bapak selalu sehat. Semoga Negeri
ini sadar akan pengorbanan Bapak sebelum Bapak tiada.
Tanpa Berniat Menyinggung pihak
manapun, Jember, 11 Februari 2016
No comments