
Saya bersyukur tulisan ini akhinya go public juga wkwk. Sebenarnya draft
tulisan ini, udah lama banget nangkring di pikiran, cuman karena beberapa kali
harus “menyelamatkan dunia”, pertengahan Mei ini baru aktif nulis lagi. Dimaafkan
?
Sebenarnya ide tulisan ini
originally muncul saat final Call For
Paper 2018 yang diadakan oleh pihak PTPN X, tepatnya di Surabaya pada 26
April 2018. How super lucky I am ! Call for
Paper 2018 diikuti oleh 150 karya baik dari perorangan maupun kelompok. Hingga
akhirnya terpilih sebanyak enam karya yang berkesempatan bertanding pada babak
final. Setiap kompetisi atau perlombaan selalu “mengikat” saya secara
emosional, ada perasaan bersyukur berlebihan yang justru timbul karena semakin
merasa kecil dan perlu berbenah lagi dan lagi tanpa kata cukup atau selesai.
Babak final lebih gila lagi, the atmosphere told me that the sky is the
only limit. Beberapa finalis sangat menginspirasi saya personally, ya
semacam ada semangat tak berkesudahan, idealisme yang tajam, dan kegilaan untuk
sharing ilmu setiap ngobrol atau diskusi kecil dengan mereka. Saya suka sekali
berada di antara orang-orang yang melihat hidup dari helicopter view, dan lagi tentunya dibandingkan mereka start point saya masih tertinggal jauh -a.k.a-
harus banyak belajar.
Selepas acara seminar nasional dan
pengumunan juara usai, salah satu anggota dari Tim UGM yang saat itu menduduki
posisi kedua harus langsung mempersiapkan diri terbang ke Makassar untuk lomba
lagi, padahal honestly saya pada
detik itu udah langsung bayangin kasur rumah dan guling-guling disana seharian
(wkwk dasar ras lemah L). It’s
really amazed ya to know people inspired to win something.
Dari beberapa kejadian itu, saya makin
yakin bahwa orang yang cenderung bergerak, berubah, berpikir, berkontribusi dan
terus catching achievements akan
terus-terusan seperti itu in their entire
life. Gitu juga sebaliknya, kalau kita banyak diemnya, banyak magernya kita
bakal terus-terusan di titik stagnasi karena menganggap itu lumrah dan sudah
jadi bagian dari hidup. Saya pun sering mengalami hal itu, adalah couple years dimana saya stagnan poll,
kehilangan sense of urgency bikin
saya Cuma jadi saya yang sama berhari-hari, tanpa target, and I won’t be at that position again.
And liteally physic has told it,
berabad-abad sebelum saya sadar. Pasti temen-temen waktu bangku SMA pernah
belajar atau denger yang namanya hukum kelembaman atau Inersia (?)
Beberapa
literatur salah satunya dari Bapak Hendradi
Hardhienata, Dr. rer. nat. Fisika Teoretik dari Universitas Linz, Austria. Menyatakan
soal hukum kelembaman dimana :
“Setiap benda bermassa
memiliki suatu karakteristik yang dinamakan KELEMBAMAN atau istilah kerennya: INERSIA. Inersia adalah suatu ukuran mengenai resistansi
(keenganan) dalam berubah gerak. Dalam mekanika klasik, definisi massa yang
lebih berguna (dalam kaitannya dengan percepatan dan gaya) adalah sebagai
ukuran inersia dan bukan sebagai jumlah zat penyusun suatu benda yang lebih berguna
dalam ilmu kimia (mol)”
Dear newton, I would like to say tons of Thanks!
Hukum inesia merupakan satu dari bagian
hukum Newton, lantas apa hubungannya dengan manusia, bukankah ini menyatakan
hukum soal benda ? saya rasa kita-manusia sebagai bagian dari semesta juga
patuh pada hukum ini.
Dari satu hukum fisika ini saya belajar bahwa kita-manusia akan cenderung mempertahankan keadaannya, maka yang
cenderung bergerak (dalam artian cendeung melakukan perubahan dalam hidupnya)
akan terus-terusan bergerak. Sementara jika kita kurang beruntung karena terlalu
nyaman dengan keadaan sekarang atau hanya diem aja nggak ngelakuin apa-apa ,
juga akan cenderung mempertahankan posisi diamnya itu. Seems aminous ya, jangan sampek.
Lah terus kenapa kalo aku nggak ngapa-ngapain ? what’s
wrong cobak. Saya rasa pertanyaan semacam itu nggak pantes ditanyain, tapi saya
dulu juga sempet tanya pada diri saya sendiri demikian. Lalu saya jawab sendiri
juga sih wkwk, kurang lebih seperti ini...
“Kamu
tahu ? salah satu ciri manusia bertumbuh atau nggak adalah progress dan kontribusi. Apakah tahun ini ada kemajuan (progress) dibandingkan tahun lalu? Apakah
kamu setiap hari be better atu nggak?
Apakah kamu punya kontribusi bagi sekitarmu? Kamu bilang dirimu ini
berpendidikan, tapi membantu dirimu sendiri dan sekitarmu kamu nggak sanggup,
ehe. ”
The
point is buat apa Berpendidikan kalau tanpa integritas,tanpa perubahan
At
last
Kemandegan atau stagnasi bisa kita ibaratkan dengan air yang tidak mengalir. Dimana
seperti kita tahu, air yang tenang atau tidak mengalir adalah air yang tidak
sehat. Analogi mata air lainnya, disampaikan oleh Ayah mantan presiden RI,
Bapak Rudy Habibie. kita harus bisa jadi mata air bagi orang lain, membawa
kebermanfaatan bagi orang banyak. Jadi jangankan jadi mata air, kalau kita hanya
diem dan berani ambil keputusan next mau ngapain, ya jangan hidup hehe. Hari
esok masih panjang, hari ini juga masih tersisa banyak jam untuk ngelakuin hal
hal baik sekecil apapun. Saya juga masih jauh dari kata baik, masih sering o’on
juga kok wkwk, cuman saya nggak mau berubah sendirian, kita harus sama-sama
introspeksi dan saling ngingetin kan, udah dulu ntar lama-lama sayang.
No comments