“Kamu pernah engga sih
ngerasa capek dan pingin rehat gitu ?”
Well,
thaaaat question had been intimidated me so looooong. But thanks anyway.
Memang engga sedikit
temen-temen yang menanyakan hal di atas, awalnya biasa aja, tapi lama-lama jujur
eneg juga (piss wkwk). Maksud gue, gara-gara sering ditanyain begitu yang
padahal niatnya baik banget tapi buat tipikal orang yang engga suka mendapatkan
semacam social attention itu bikin engga nyaman personally hehe.
Karena balik lagi,
apapun keputusan dan hal-hal yang berkaitan sama hidup yang paling tau dan
kenal diri gue ya gue, selama masih melakukan hal-hal yang menurut kalian itu
bikin capek berarti itu masih under capability banget. Dan rasanya cukup
menarik untuk sedikit cerita tentang standar lelah maksimal yang bisa diterima
setiap orang dimana range-nya macem-macem kan.
Sebenernya gue ngga
secara instan bisa jadi orang yang yaa bisa dibilang tough kayak sekarang. Prosesnya
panjang banget, dan baru-baru ini gue sadar ternyata kejadian-kejadian dua
tahun terakhir bener-bener berhasil ngebentuk diri gue.
2018
: Segala Kepahitan Hidup Terjadi
Subtitlenya mendramatisir
banget hmmmm.
Sebenernya benci banget
harus mengingat banyak hal tentang 2018 (Tuhan bukan bermaksud tidak bersyukur).
Tahun 2018 adalah tahun berat, bukan karena krisis ekonomi akibat Lehman
Brother ya. Alhamdulillah 2018, sambil preparing beasiswa studi lanjut, gue
keterima kerja di perusahaan swasta di Kota sendiri.
Sekitar bulan Januari,
Ibu terserang paru-paru basah,dirawat sekitar satu bulan di Rumah Sakit. Saat itu
jadi momen yang berat banget buat keluarga, karena seorang Ibu adalah cahaya
bagi kami. Sempat dinyatakan sembuh dan semua kembali normal. Selang beberapa
bulan, Ibu harus sakit kembali, dan kita engga tahu secara tepat penyakitnya,
medis bilang Ibu baik-baik aja, dan segala pengobatan alternatif kita usahakan
bareng bareng.
Di saat-saat kritis
itu, gue kudu ngantor jam 9 pagi, pulang jam lima sore, lanjut magrib untuk
ngasih kursus privat, karena jujur keuangan keluarga lagi krisis, dan kami
tidak ingin pengobatan Ibu terhenti.
Nenek sering menginap
di rumah kami membantu merawat Ibu, namun seringkali gue juga harus bergantian
nyuapin Ibu, dan memandikan beliau, mengganti popok dan sebagainya sebelum
ngantor. Rasanya engga lelah sama sekali, tapi secara mental menderita banget
melihat orang tua kita semakin lemah setiap harinya.
Selama kurang lebih
satu tahun semua berjalan demikian, kita saling menguatkan. Bahkan di saat yang
sulit itu, Ibu sering kali menggenggam tangan anaknya sambil bilang bahwa Aku
selalu kuat.
Tuhan kasih hadiah
beasiswa studi lanjut namun November 2018, Ibu harus pergi.
Gue engga bisa cerita
lebih jauh lagi, karena jujur engga nyaman memang cerita soal keluarga, dan
agama. Itu prinsip hidup yang gue jalanin. Tidak share tentang mereka di sosial
media, engga akan sama sekali mengurangi value nya, karena saking berharganya I
wouldn’t let anyone know.
Intinya, sekarang gue
sadarr meskipun menjalani berbagai peran dengan konsekuensi sejuta tanggung
jawab, itu engga sama sekali menekan atau menghambat apa-apa yang sedang gue
cita-citakan.
Meskipun kudu ke pasar
dan masak setiap hari, gue masih punya cukup waktu kok untuk nulis.
Meskipiun kudu setor
berita setiap hari, gue masih bisa enjoy me time sambil maskeran jam 1 pagi.
Atau meskipun harus
merelakan waktu untuk bekerja dengan definisi orang kebanyakan, gue masih bisa
cari sumber penghasilan untuk bantuin sekolah Adek-adek gue.
Tuhan sudah menakdirkan
2018 sebegitu indah dalam hidup yang gue jalanin. Gue Cuma bisa bersyukur dan
tidak menyesali apalagi protes sama yang udah dikasih. Alhamdulillah
Jadi kalau ada yang
tanya capek enggak, enggak kok, jujur. Pernah berada di titik paling bawah dan
jatuh sejatuh-jatuhnya di 2018 membawa gue menjadi lebih dewasa, dan bisa ambil
sikap atas apa-apa yang kudu dihadapin so far.
Ingat ya, standar lelah
itu Kita yang bikin, not anyone else.
Semangat teruss, lelah ya istirahat bentar... Tarik nafas panjang, laku bangun lagi.
ReplyDeleteInnalillahi wa inna ilaihi rojiun.. Turut berduka atas ibunya mba :'(
ReplyDeleteStandar lelah orang itu berbeda2. Lelah adalah sebuah reaksi dari aksi upaya terus-menerus, menurutku. Ada yg bisa push daya upayanya sampai ia mengabaikan/ melampaui rasa lelahnya, ada yang memilih istirahat sejenak mengumpulkan tenaga kembali dan ada juga yang benar2 berhenti karena terlalu merasa lelah...